Saturday 23 February 2013

Our Future in Silent Village!!

Satu lagi pengalaman luar biasa yang diberikan SCOLAH Unair Mengajar buat aku...
Sabtu, 2 Februari 2013 lalu, aku diberi kesempatan oleh Tim untuk bertugas di sebuah SD yang berada di daerah perifer Sidoarjo...
SDN Gebang II di Desa Pucu'an..
Papan nama SD dari vinyl berbordir kayu
Untuk menuju ke desa yang benar-benar berada di "pucu'an"-nya Sidoarjo ini, aku, aish (anak akuntansi), dan Meto (anak perpajakan) harus menempuh medan yang lumayan panjang.
Jam 05.30 kita ngumpul di kosanku dilanjutkan nungguin Royan (Direktur SCOLAH) yang ternyata masih tidur.. *ohmen*
Setelah perjuangan keras bangunin si Royan, akhirnya kita berangkat menuju Sidoarjo..
Perjalanan naek motor Surabaya-Sidoarjo ternyata lumayan pegel ya men? kira-kira satu jam-an lah perjalanannya..
Satu jam berjalan di daratan, selanjutnya perjalanan kami diteruskan di atas air, perahu motor fasilitas dari diknas untuk guru-guru ini membawa kami menyusuri sungai -entah apa namanya- yang berair cokelat dan dipagari tanaman hijau yang menyejukkan..
cokelat
Excited banget lah waktu di awal jalan, berasa lagi bertualang di pedalaman Indonesia gitu, kan keren yaa..
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, satu setengah jam terombang-ambing di atas air ditemani bunyi berisik mesin diesel, ya ngebosenin juga men..
Di tengah kebosanan parah yang melanda, untungnya kami diselamatkan oleh guru-guru SD dan SMP yang berada di atas perahu bersama kami dengan candaan mereka selama perjalanan..
ciiis :))
Selama satu setengah jam perjalanan, perahu kami sempat transit sekali untuk menurunkan guru-guru SMP di desa yang aku lupa namanya..
Perjalanan di lanjutkan kembali ke desa tempat aku akan mengajar...
Tak lama berselang, kami berhenti di dermaga terakhir, desa pucu'an...
Surprice-nya adalah anak-anak yang bakal jadi calon muridku sudah berdiri berjejer menyambut kami, mencium tangan satu demi satu guru-guru-nya :))
Selamat datang Bapak Ibu Guru 
Aku tersenyum, terharu melihat mereka..
Kamera pocket pun keluar, mengabadikan satu demi satu momen yang bisa ditangkap lensa..
a walk
Sampai di SD dengan gedung yang bermaterial papan kayu di tengah rawa-rawa ini membuat hati miris..
Kok ya ada SD seterpuruk ini di Sidoarjo?
Iya kalau ceritanya kita lagi di Papua atau daerah pedalaman yang lain mungkin aku masih bisa mengerti. Tangan pemerintah yang terpotong kesana kemari mungkin membuat kucuran dana untuk mereka terhenti. Tapi, ini masih di Sidoarjo! Masih begitu dekat dengan jantung pemerintahan provinsi Jawa Timur, lha kok sampek ga tersentuh?
SD ini cuma punya lima ruangan. Satu ruang guru, 3 ruang kelas, dan satu ruangan berisi ayunan dan benda warna-warni yang ternyata adalah taman kanak-kanak.
Ada 4 guru yang aku temui disana, pak kepala sekolah, pak guru olahraga, ibu guru a, dan ibu guru b.
Kedatangan kami di SD sederhana itu disambut hangat oleh para pengajar. Setelah disuguhi segelas air minum, kami dipersilahkan untuk segera membagi ilmu ke adek-adek.
Seluruh siswa sekolah itu yang hanya berjumlah DUA PULUH DUA orang dikumpulkan di satu ruangan. Kami berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka bernyanyi :))
Meto dan adek-adek :)
Selesai dengan acara bernyanyi bersama, 22 orang adek-adek yang terbagi menjadi lima kelas (kelas 2 = 0 siswa) kita bagi lagi menjadi tiga kelompok. Kelas 1 sama aku, kelas 3 dan 4 sama meto, terakhir kelas 5 dan 6 sama ais..
Tema besar yang mau kita bagi ke adek-adek pada hari itu adalah tentang Astronomi.. Mulai dari mengenal nama planet, bintang, tata surya, dan teman-temannya...
enam siswa kelas satu
Masalah terbesar yang aku hadapi saat ngajar adek-adek ini adalah empat dari enam siswa-nya belum lancar membaca.. Belum lagi kemauan mereka buat belajar juga masih minim..
Peran orangtua kayaknya juga belum ada...
Sekolah cuma jadi semacam kegiatan rutin yang harus dilakukan tanpa ada harapan..
Sediiiih :'(
Sempet share sama Meto dan Ais buat evaluasi, perasaan yg mereka rasakan nggak jauh berbeda dari aku..
Miris, sedih, tanpa harapan..
Malahan, sempat salah satu adik asuhnya Meto waktu ditanya mau jadi apa, jawabnya jadi "tukang bengkel"
Aaaah, mereka terisolasi sodara-sodara... Listrik pun belum masuk di desa itu.. Salah siapa?
Pemerintah?
Urusan mereka terlalu banyak, mana mungkin ada waktu untuk mengurus dua puluh dua orang bibit-bibit muda ini? Walaupun sebenarnya memang mereka yang paling layak untuk disalahkan, tapi terlalu muluk saat kita cuma menggantungkan harapan pada mereka.. Sudah berapa kali kita dibohongi dengan janji mereka yang nonsense luar biasa?
Cuman buang waktu kalo mau saling menyalahkan...
Jadi, sekarang? Langkah kongkretnya?
Nyalakan lilin! Sudah cukup merutuk kegelapan :))
Lakukan hal kecil yang masih bisa kita lakukan, salah satunya, yuk mari jadi volunteer di unair mengajar #promosi
Caranya? nih masuk web-nya www.unairmengajar.org :))
End of that day :))
Semoga kita bisa makin bersyukur dengan semakin dekat melihat, semakin banyak mendengar, dan semakin peka merasa :)) 

No comments:

Post a Comment

'bout me...

My photo
Lamongan, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
a future pharmacist... I'm learning more about many things!!